,

Guilty of Being Right!

July 02, 2011 Samuel Yudhistira
Postingan ini sedikit terinpirasi dari judul lagunya Minor Threat - Guilty of Being White...

But.. I'm not going to tell you about racism thing :D

Sekarang itu di Indonesia lagi ada fenomena terbalik: BERSALAH KARENA BENAR! Well, yeah indeed! Banyak hal yang unik dan salah yang di"benar"kan di negara kita tercinta ini.

Salah satu hal terunik dan rada ekstrem itu adalah kejadian yang ada di Surabaya. Can you believe it?? Orang yang melakukan tindakan pengendalian sosial terhadap penyimpangan justru dimusuhi bahkan dianggap musuh oleh orang-orang sekitar karena dianggap tidak mempunyai rasa solidaritas.

WOW! SOLIDARITAS...

Tau apa ente soal SOLIDARITAS???

Justru semestinya bangsat-bangsat yang mengatasnamakan SOLIDARITAS itu harusnya malu! Mereka itu gw anggap sebagai orang yang menyalahgunakan arti kata solidaritas sebagai tameng untuk membenarkan tindakan mereka.

Man, your words are really mean...

Buat apa pake kiasan-kiasan manis buat menggambarkan orang-orang yang mental-nya rendah seperti itu. Kebagusan!

Gw bukannya mau sok suci. Jaman SMA gw juga sering nyontek! *oops*

Tapi gak sampe massal begitu! Lagian juga diem-diem aja. Di sini gw menyayangkan tindakan guru yang justru bertindak amoral dengan membiarkan hal tersebut terjadi. Seharusnya teguran diberikan jika ada kecurangan yang terjadi jangan justru dibiarkan. Apalagi usia mereka terlalu rentan (masih SD, cuy!!) sehingga jelas bibit-bibit generasi baru koruptor tengah ditanam di dalam SD tersebut.

Trus apa bedanya nyonteknya elo di SMA sama nyontek massal di SD itu??

Let's comparing:

Gw nyontek di SMA itu gak didukung sama guru secara terang-terangan

Ketika nyontek mulai tetep di tempat gak ada yang slonong boy seenaknya trus didiemin sama gurunya.

Kadang ada guru yang "mengizinkan" nyontek terjadi dengan syarat: "Jangan sampe ketahuan sama saya!"

Nyontek terjadi dan diketahui hanya di kalangan siswa. Guru gak ada yang tahu!

Waktu nyontek itu hanya terjadi akibat kepepet dan gak pake gladi resik sehari sebelum ujian seperti yang terjadi di Surabaya.

Sehingga perbedaan mencolok akan sangat terjadi jika dibandingkan dengan sekumpulan bocah SD yang nyontek di kelas dengan skala yang besar dan tidak tindakan preventif dari guru yang mengawas. Suatu ironi yang luar biasa bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Anyway... Nasib orang-orang yang berusaha jujur juga gak kalah menggenaskan. Diusir dari rumahnya dan dicap sebagai pengkhianat sampe harus pindah rumah ke kota lain. Suatu hal yang sangat tidak layak terjadi bagi orang yang membela kebenaran.

*itulah akibatnya kalo membela kebenaran... Hidupnya gak enak!* ^__^

Di dunia perpolitikan Indonesia... wah gak usah ditanya! Kata SOLIDARITAS jelas menjadi jurus ampuh dalam memuluskan lobi-lobi politik yang sudah menjadi rahasia umum bagi kebanyakan rakyat Indonesia.
Anehnya... Kenapa akhirnya timbul kesan kalau orang-orang yang jujur dan benar di bangku pemerintahan dipaksa untuk tersingkir dari bangku pemerintahan.

Apa mungkin orang jujur itu gak bisa solider? Atau mungkin orang-orang yang gak jujur merasa gak nyaman dengan orang satu jujur di antara mereka? Atau mungkin mereka takut "rahasia kecil" mereka terbongkar dan mereka lengser dari kursi mereka?

Sehingga pada akhirnya orang-orang yang memperjuangkan kebenaran harus menerima resiko besar yang tak ayal kadang mengancam nyawa mereka. Kita sudah punya contoh:. Alm. Munir yang berjuang demi HAM harus tewas terbunuh.

Masih banyak pejuang-pejuang keadilan yang harus kehilangan nyawa karena pembelaan mereka terhadap hal-hal yang benar dan patut dibela.
Yahh... like it or not it's my country, welcome to Indonesia then. Sebuah negeri beribu pulau nan elok tetapi penuh korupsi dan ketidakadilan.

Yeah... Guilty of Being Right....