,

Pameran Kemiskinan

August 18, 2011 Samuel Yudhistira
Akhir-akhir ini seperti biasa di televisi selalu ditayangkan berita-berita mengenai pembagian sembako ataupun jenis sumbangan lainnya kepada khalayak tidak mampu.

Well berhubung juga lagi bulan Ramadhan, mungkin banyak juga orang yang melakukan tindakan demikian demi menambah pahala. It's a very good thing, indeed.

Tapi tidakkah kalian sadari dari tahun ke tahun jumlah orang yang menerima sumbangan semakin membludak, bukan hanya bertambah, tapi sudah sampai titik yang tidak bisa ditolerir.

Kalau kita flashback ke belakang, bahkan pernah juga jatuh korban tewas pada saat pembagian zakat di sebuah daerah di Jawa. Dan nampaknya hal yang demikian sudah menjadi "tontonan wajib" tiap tahun di kala pembagian sedekah dilakukan.

Dan kalau sudah begini yang paling menderita itu adalah kaum ibu-ibu yang sudah tua, sudah sepuh! Mereka harus bersaing dengan generasi mudanya yang bernasib sama-sama miskin dan sudah jelas butuh sembako gratis juga. Sudah jelas mereka kadang jadi korban entah itu pingsan,terinjak-injak,luka,bahkan mungkin tewas. Belum lagi kaum bapak dan remaja laki-laki yang entah sudah kehabisan akal untuk mencari nafkah atau malas yang ikut-ikutan antri di barisan paling depan demi memperoleh sembako gratis yang tidak seberapa itu.

Well, tadipun gw melihat beberapa acara di stasiun televisi swasta yang menayangkan tentang kehidupan rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan menyambung hidup dengan bekerja sebagai pemulung. Semuanya di-expose, suka-dukanya sebagai pemulung yang pas-pasan dan segala resiko pekerjaannya.

Bahkan tadi di berita sore juga dibahas mengenai anak-anak pemulung yang makan dari sampah hasil pulungan orang tua mereka. Yang bikin gw semakin takjub adalah: MEREKA MAKAN LANGSUNG DARI TEMPAT SAMPAH DI MANA MAKANAN ITU DIPUNGUT!!!

Dari sini gw bertanya-tanya, "APA PEMERINTAH GAK BISA MELIHAT SEMUA INI??"

Atau jangan-jangan yang terhormat presiden kita gak punya televisi sehingga tidak bisa melihat penderitaan rakyatnya?? Ooohhh, mungkin siaran channel tivi tersebut gak nyampe ke rumah beliau-beliau yang menjabat di pemerintahan sana sehingga tidak bisa menyaksikan acara tersebut. Mungkin juga mereka terlalu sibuk dengan "URUSAN"-nya sehingga tidak sempat menyaksikan acara di televisi.

Tapi gw gak heran dari tahun 60-an juga bangsa ini sudah sering menyaksikan peristiwa yang demikian. Kalo ada yang pernah baca "Catatan Seorang Demonstran" di situ dipaparkan jelas, kehidupan rakyat di era akhir Soekarno juga mengalami hal yang demikian buruk sampai ada gelandangan di dekat Istana Negara makan kulit mangga saking laparnya. Tapi apakah iya interval waktu selama hampir 50 tahun (1966-2011) tidak mengubah suatu halpun.

Kalaupun berubah paling-paling hanya segelintir hal, itupun bukan suatu perubahan yang besar, benar-benar suatu ironi yang semakin membunuh mentalitas kita sebagai bangsa Indonesia, menciptakan suatu generasi "peminta-minta" yang hanya mengandalkan belas kasihan, suatu bangsa yang nampaknya tak akan sanggup bersaing secara global di masa yang akan datang, suatu bangsa yang mau tidak mau harus kita cintai dan hargai.

RIGHT OR WRONG IT'S MY COUNTRY...

Pepatahnya orang Inggris yang fanatik akan negaranya sendiri, mereka yang bangga akan bangsa dan negaranya.