Bakso? Ya "Bakso Bhotak"

November 18, 2012 Samuel Yudhistira
Okay, sedikit flasback ke tahun 2011, di mana gue dan teman-teman menemukan suatu rasa yang mampu menghipnotis semua orang. Semua orang suka bakso, makanan yang terdiri dari daging sapi yang dibentuk seperti bola, dicampur mie atau bihun, ditambah sedikit sayur dan bawang goreng, dan disiram dengan kuah kaldu sapi yang panas. Wah pokoke mantep bener dah kalo dimakan pas lagi hujan dan ditambah sambel yang pedes. Wessss...

Dan cerita gue kali ini berkaitan erat sekali dengan bakso.

Waktu itu menjelang manggung di acara "Tribute to The Strokes" latian terakhir band gue (waktu itu masih bareng The Chronograph versi bertiga) di sebuah studio di kawasan Tanjung Duren (Port of Durian). Namanya abis jedar-jeder di studio sudah pasti cukup menguras stamina. Walhasil kita bertiga melangkah gontai keluar studio dengan perut lapar, berniat mencari makanan. Nah, kebetulan ada warung nasi gak begitu jauh dari studio, langsung aja kita sambangi bersama.

Tepat di sebelah warung nasi ada tukang bakso dengan nama yang cukup nyentrik, "Bakso Pak Bhotak". Weehh catchy banget euuy! Tapi heran yang dagang rambutnya gak botak. Sebuah godaan buat kita bertiga yang demen makan bakso.

Berhubung waktu itu gue dan salah satu temen gue Erico lagi pengen banget makan nasi (lapeeer berat!) jadinya kita berdua memutuskan buat makan di warung nasi, sedangkan si Anri (drummer ngehe) ternyata tak cukup kuat menahan godaan Bakso Bhotak tersebut. Doi melangkah ke kios tukang bakso dan memesan semangkok bakso, tapi makannya di warung nasi tempat gue sama Erico makan.

Setelah mesen, milih-milih lauk, dan mesen minum, mulailah gue berdua melampiaskan rasa lapar dengan menggempur piring masing-masing. Lagi asoy-nya ngunyah, datanglah si Anri dengan baksonya. Dari sinilah, kejadian-kejadian aneh mulai melanda.

Tercium bau yang cukup aneh

Yah, setelah si Anri dan baksonya datang tercium bau yang cukup menyengat.

Erico: ................ (ngendus-ngendus piringnya mecari asal bau tersebut)
Gue:  *ngunyah teroooss*
Anri: *mesen minum, mangkoknya ditaro di meja*
Erico: Sam, nasi lo bau nggak?
Gue: Hah! Bau? Enggak ah, biasa aja, tapi gue kya nyium bau busuk gitu deh.

*Gue dan Erico memandang curiga ke mangkok yang baru saja datang*

Erico: Aaa, coba lo cium bakso lo deh.
Anri: Emang kenapa?
Erico: Kyanya bau busuk gitu dah.
Anri: Ahh, yang bener lo.
Gue: *masih ngunyah, tak peduli*


Dan setelah dicium ternyata, itu bakso baunya tengik!!!

Terutama bagian bihunnya yang baunya kaya kaos kaki basah. Hoeekkss! 

Akhirnya dengan berat hati si Anri gak jadi makan bakso. Dan terjadilah perdebatan sengit mengenai nasib bakso itu. Apakah akan dibuang, dikasih ke kucing, dikembalikan ke tukang bakso terus minta refund karena baksonya gak layak makan, ato dikasih ke mas-mas warteg???? Semua itu terjadi di dalam warung nasi yang TEPAT BERSEBELAHAN dengan tukang bakso tersebut.

Akhirnya diambil keputusan kita minta plastik ke mas-mas warteg tersebut dan kita masukin deh itu bakso beserta bihunnya yang bau kaos kaki, trus kita buang deh. KELAR! Sepuluh ribu terbuang percuma, tapi daripaada maksa makan trus sakit perut ato berdebat sama tukang bakso gara-gara ceban. Tapi yasudahlah berarti itu tukang bakso gak jujur, doi ngejual makanan gak layak buat dikonsumsi orang apapun alasannya hal tersebut gak bener.

Bagaimana dengan yang lain??

Nah, yang gue penasaran adalah, "Apakah ada orang lain yang beli entu bakso selain si Anri??" 

Daripada penasaran akhirnya gue bertiga memantau situasi di kios bakso tersebut. Dimulai dari Anri.

Anri: *keluar dari warung pura-pura nyalain rokok sambil ngeliatin itu kios* 

Hasilnya: Ada dua orang cowok sama cewek, kyanya sih pacaran, lagi mesen bakso, wah gak kebayang dah gimana reaksi itu orang berdua ketika momen romantis mereka dihancurkan oleh kekuatan bakso kaos kaki dari Bakso Bhotak!! Tapi karena gak kuat nahan tawa, Anri ngibrit balik ke dalem warteg dan ketawa dengan sangat liar.

Oke, giliran gue.

Gue: *keluar dari warung pura-pura benerin helm di motor*

Hasilnya: Wah, teramat sinting. Pas gue ngelirik ke dalem itu kios mangkoknya masih rada ngebul, dan keduanya makan dengan jaim (ENTAH APA RASANYA). Gue perhatiin si cowok nampak sangat menikmati, sedangkan yang cewek kyanya bingung mengungkapkan rasa baksonya. Terlihat dari wajahnya yang tanpa ekspresi. Dan karena gak kuat nahan tawa, gue kembali masuk. 

Erico's turn.

Erico: *keluar dari warung dan kemudian.....pura-pura senam di pinggir jalan*

Hasilnya: Muke gile! Yang cowok mangkoknya kosong!! Pas doi keluar si cowok lagi ngelap bibir dengan wajah yang sangat puas dengan Bakso Bhotak. Dan si cewek mangkoknya masih setengah penuh, dan mukanya nampak bete. hehehe

Sekarang yang menjadi pertanyaan. Itu cowok akan sakit perut atau tidak??

Dan elo gak harus terlalu pintar untuk tahu jawabannya. Makan makanan basi gitu lhoo!!

AKHIRNYA.

Ternyata banyak pedagang makanan yang gak jujur yah. Sering juga gue lihat tuh di tivi pedagang-pedagang makanan yang pake bahan-bahan yang dilarang untuk dikonsumsi manusia ke dalam dagangannya. Dan alasannya adalah untuk meraih untung yang lebih banyak. GILA! Itu berarti elo meraup keuntungan dengan memberikan sesuatu yang gak layak untuk orang lain.

Hadeeh. Ada-ada aja.

Btw: kalo penasaran sama bakso "Pak Bhootak" lo samperin aja tuh di Jakarta Barat sono. Selamat bergila!