Agama di Mata Gue

February 12, 2015 Samuel Yudhistira
Agama...



Salah satu sumber masalah terbesar yang pernah diciptakan umat manusia. Tuhan menciptakan manusia, manusia menciptakan  agama, manusia membela agama dengan bertaruh nyawa, manusia melakukan apapun demi agama, manusia diperbudak agama, manusia menyembah agama dan lupa Tuhan.

Gue pernah bilang salah satu biang kerok perpecahan manusia itu gara-gara agama. Dan sialnya lagi di Indoneisa agama menjadi "barang wajib" yang harus muncul di Kartu Tanda Penduduk, dan kalo gaada kolom agama bisa dicap komunis. Hebat sekali efek jangka panjang peristiwa tahun 1965. Gara-gara itu jutaan penduduk Indonesia WAJIB memilih satu dari 5 agama yang diakui pemerintah (waktu itu masih 5 agama). Hebat yah... Pemerintah mengatur kita untuk memilih jalur kebenaran dan keyakinan.

Gue menolak agama! Tapi gue gak menolak Tuhan.

Jaman gue SMA di kolom agama Kartu Pelajar gue ganti dari "Kristen Protestan" jadi "Rock 'n Roll" saking empetnya gue kenapa sih gue harus nulis agama di organisasi yang menurut gue umum dan rentan banget terjadi perpecahan perkara agama.

Rentan...

Gue mengalami sendiri kok. Dari TK sampe SMP gue sekolah di sekolah Kristen. Mayoritas beragama Kristen dan di mata gue semua nampak normal nan santai, gaada yang namanya penindasan ato pelecehan berbau agama. 

Semua berubah entah berapa ratus derajat ketika gue masuk SMA... 

Pilihan gue jatuh ke sekolah negeri di mana mayoritas beragama Islam. Gue super duper shock ketika melihat ada musholla di lingkungan sekolah, pelajaran agama Kristen ngambil jam di luar jam sekolah, aksara arab di mana-mana, "Assalamualaikum" menggantikan "Selamat pagi" "Selamat siang" atau "Selamat" apapun yang biasa gue temui, bahkan pelajaran bahasa Arab yang lumayan thrilling buat gue.

Dari situ pandangan gue soal dunia sekitar gue yang tertata dengan sistem berubah secara drastis. Gue mulai ngembat buku-buku Karl Marx, Friedrich Nietzsche,Albert Camus,Leo Tolstoy,Niccolo Machiavelli yang bisa gue temuin dan mulai mempelajari filosofi nihilisme. Masa SMA gue super duper kelam. Gue nyaris nyerah dan pengen balik ke sekolah Kristen tapi gue pada akhirnya gak mau nyerah dengan lingkungan maha-abstrak yang diciptakan entah oleh siapa.

Dari situ gue mulai terbuka, pemikiran gue terbuka. Secara rohani gue jauh lebih kuat. Ya kuat karena dari situlah gue belajar bagaimana rasanya menjadi minoritas. Ketika menemukan tulisan "Anti Yesus" di meja kayu reot, teriakan "Allahu akbar.." yang dengan sangat sengaja diteriakkan ketika lagi berdoa, atau hinaan-hinaan yang jauh dari sensor soal agama yang gue peluk. 

Marah?

Awalnya iya. Sekarang? Berusaha biasa, karena di luar kenyataan yang gue temukan jauh lebih pedih. Banyak koq pengalaman yang jauh lebih menyakitkan yang gue temukan di luar setelah gue lulus dari SMA.

Apakah gue marah atau bahkan membenci agama yang melakukan penghinaan terhadap agama yang gue peluk?

Matius 5:44
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Gue bukan orang yang religius tapi buat gue ayat Alkitab di atas gue jadiin pedoman gue sehari-hari. Buat gue bukan seberapa banyak elo baca Alkitab bolak-balik ato seberapa hafal elo isi Alkitab tapi seberapa banyak elo melakukan apa yang ada di dalam Alkitab itu jauh lebih penting kalo menurut gue.

Gue bersyukur lingkungan kampus gue aman dari hal-hal di atas. Kebetulan lingkungan kampus diisi sama mereka yang jauh lebih sekuler dan don't give a damn tentang agama apa yang gue anut.

Begitulah agama di mata gue.