, , , , , , ,

Strangeways, Here We Come (1987)

August 08, 2016 Samuel Yudhistira
Another Smiths' album. Wajarlah, berhubung mereka band keren dan gue suka jadi gue mau berbagi tentang pandangan gue mengenai album keempat dan terakhir mereka: "Strangeways, Here We Come" yang dirilis 4 bulan setelah band ini menyatakan bubar di tahun 1987.

Let's just skip about the story behind this album ato musikalitas album ini. Orang lain mungkin punya skill dan tanggung jawab lebih untuk menceritakan hal-hal demikian. Di sini gue cuma mau menceritakan hubungan album ini dengan apa yang gue rasakan dan nikmati.


Ini mungkin adalah album The Smiths pertama yang gue punya dan dengerin. Pertama kali gue dengerin "Stop Me If You Think You've Heard This One Before", "Girfriend in a Coma", sama "A Rush and A Push and The Land is Ours" melalui album yang luar biasa ini.


Sayangnya, The Smiths bubar setelah rekaman album ini (waktu dirilis mereka udah bubar). Menurut sumber-sumber yang gue baca album ini juga adalah album favoritnya Morrissey dan Johnny Marr seperti yang dikutip dari perkataan Morrissey, "We say it quite often. At the same time. In our sleep. But in different beds."


Menjadi satu-satunya album di mana Morrissey memainkan instrumen piano di lagu "Death of a Disco Dancer."


Lagu-lagu di album ini emang rata-rata judulnya panjang. Gatau deh kenapa. Kalau dibandingkan dengan album-album The Smiths sebelumnya kayanya tracklist di sini judulnya agak sedikit panjang.

Mari bahas lagunya satu per satu.

1. A Rush and A Push and The Land is Ours

Suara piano di awal langsung disambung masuknya vokal dari Morrissey. Jangling-nya masih berasa walau faktanya tidak ada gitar sama sekali di lagu ini. Gue suka lagu ini. Morrissey masih sering bawain lagu ini setelah bersolo karir dengan beberapa perubahan pada liriknya.

They said : 
"There's too much caffeine 
In your bloodstream 
And a lack of real spice 
In your life" 
2. I Started Something I Couldn't Finish

Gue suka intro gitarnya. Berdistorsi ringan. Salah satu lagu mereka yang gue dengerin di awal gue tahu The Smiths (sekitar jaman SMA). Gue langsung suka. Lagu ini keren banget  sampe sering gue putar ulang di MP3 player gue di jaman itu. Arti lagu ini kayanya juga mirip-mirip sama sifat geblek gue yang hobi maksain orang untuk ikutan "nyebur" dalam satu hal yang orang lain belum tentu suka dan di tengah jalan malah berubah jadi sedikit bencana.

3. Death of a Disco Dancer

Satu-satunya lagu di mana Morrissey memberikan kontribusi instrumen musik. Yep, doi memainkan piano di lagu ini, satu hal yang patut dicatat. Gue suka lagu ini. Tentang kematian dan betapa rasa kemanusiaan mulai dipertanyakan dalam kehidupan sehari-hari.

And if you think Peace 
Is a common goal 
That goes to show 
How little you know
(sebuah lirik yang kick-ass)

4. Girlfriend in a Coma

Ahhh my favourite song!! Lagu maha sarkas,penuh candaan yang ngehek, dan cerdas seperti biasanya gue suka banget lirik-lirik Morrissey yang puitis tapi tetep liar. Saking liarnya sampe lagu ini gadapet airplay di radio-radio Inggris termasuk BBC masa itu.

5. Stop Me If You Think You've Heard This One Before

I love this song. Gitarnya Johnny Marr bener-bener menghipnotis. Gue dulu sempet ngulik lagu ini dalam versi yang cukup kacau. Dan kembali tidak mendapatkan airplay dari radio di Inggris dikarenakan salah satu liriknya terdapat kata-kata "mass murder" yang dinilai terlalu ofensif termasuk lirik yang berbunyi, "a shy,bald, buddhist reflect." 
Gue suka video klip-nya. Jujur aja gue lagi sempet nyari cara bikin emblem kaya di video klip itu trus naik sepeda keliling kota. hehe.

I crashed down on the crossbar 
And the pain was enough to make 
A shy, bald, buddhist reflect 
And plan a mass murder

6. Last Night I Dreamt That Somebody Loved Me

Lagu yang dinilai oleh David Bowie sebagai yang terbaik di album ini dan menyatakan bahwa Morrissey adalah salah satu penulis lirik terhebat sepanjang sejarah. Gue sangat membenarkan Bowie. This is a great song. Liriknya juga sungguh luar biasa. Simpel tapi penuh arti.

Last night I dreamt
That somebody loved me
No hope - but no harm
Just another false alarm
Last night I felt
Real arms around me
No hope - no harm
Just another false alarm
So, tell me how long
Before the last one?
And tell me how long
Before the right one?
This story is old - I KNOW
But it goes on
This story is old - I KNOW
But it goes on
7. Unhappy Birthday 

Lagu sarkas yang memutarbalikkan kondisi tentang ulang tahun seseorang yang menurut kita "jahat". Gue suka lagu ini secara musikalitas sangat di luar pola pikir. Hal sederhana yang menjadi sebuah hal yang monumental dan begitu indah. Cara yang manis untuk menyindir seseorang.

8. Paint A Vulgar Picture

This song kicks our ears with a very "Marr" jangly thing. Jrruweeengwengwengweng. Disusul riff bass-nya Andy Rourke dan hentakan kick drum Mike Joyce. Sayup-sayup terdengar sedikit aksen tambourine baru deh masuk suara Morrissey.
Dari liriknya kayanya menceritakan tentang retorika dunia hiburan (showbiz) di mana musisi mendapat tekanan dalam berkarya demi keuntungan semata tanpa memikirkan sisi estetikanya. Kenyataan yang masih terjadi dalam dunia hiburan terutama musik akhir-akhir ini.

9. Death at One's Elbow

Salah satu lagu yang liriknya gue masih bingung artinya apa. Entah tentang affair,entah tentang suicide, entah tentang pasangan gay. Ada yang bilang diambil dari buku "James Dean is Not Dead" tapi ada juga statement lain yang bilang lagu ini diambil dari buku "The Orton Diaries" yah apapun itu pokoknya inti lagu ini adalah hal yang tragis dan menyedihkan. 

10. I Won't Share You

Final track. Dan sebuah hal yang benar-benar tepat menutup perjalanan album ini dan karir studio The Smiths. This is their legacy. Lagu ini gue sukaaaaa banget. Johnny Marr mainin autoharp di lagu ini. A very sweet song in my opinion. I won't share you/With the drive/The ambition/And the zeal I feel/This is my time. 

Huaah I really love this song. 

Pada akhirnya ini adalah album yang luar biasa. Secara musikalitas tetap mengejutkan dengan beberapa elemen instrumen yang mengisi beberapa lagu. Sayang memang menjadi karya album terakhir dari band yang sudah menginspirasi musisi di generasi selanjutnya seperti The Stone Roses,OASIS,Blur,The Libertines, dan banyak lagi band-band lain.