Mie Ayam Adalah Saksi Kita

June 27, 2024 Samuel Yudhistira

Mie ayam adalah saksi kita berdua! 

Mari bawa dua mangkok mengebul panas tersebut ke hadapan para hakim sebagai saksi bahwa pada malam hari itu kita berdua adalah manusia-manusia paling bahagia di seluruh dunia.

Sebuah cita-cita luhur dua insan yang sedang dibuat mabuk oleh candu kehidupan yang dinamakan nafsu. Iyah, nafsu untuk menjadi yang paling bahagia di muka bumi ini ternyata mampu untuk membunuh diri kita juga.

Lalu duduklah kita berdua di teras rumah. Mulailah dirimu bersabda tentang betapa menyenangkannya menciptakan kenangan-kenangan baru dengan orang-orang yang baru.

Ada satu jiwa di Yogyakarta menanti dirimu untuk kembali menjadi manusia seutuhnya. Ada satu jiwa di Yogyakarta menantikan dirimu untuk kembali berbahagia dan tetap melawan rasa sakit di dalam tubuhmu. Ada satu jiwa di Yogyakarta yang tidak pernah berhenti untuk memberikan semangat pada dirimu yang sudah renta didera kejamnya kehidupan.   

Mari kita mengaku kalau kita tidak baik-baik saja. Bukan karena terpaksa tetapi karena memang begitu adanya. Menjadi manusia rapuh seutuhnya adalah  salah satu cara untuk menjadi manusia sempurna.

Kembali kita berkelahi dengan diri kita sendiri. Masing-masing di dalam kepalanya saling berkelahi dengan ide-ide tentang keabadian. Kesunyian itu indah! Kesendirian adalah pilihan! Selama angka menjadi raja, selama itulah kita akan tetap setia menulis cerita tentang dia yang tidak bisa pulang ke rumah.

Mie ayam adalah saksi kita berdua! 

Jangan terlalu "ledeh" dan jangan terlalu keras! Biarkan kuah kaldu membanjiri mangkuk kita berdua. Melihat mie dan ayam berenang di dalam mangkuk sudah cukup untuk membuat kita bahagia. Di atas bumi dan di bawah kolong langit tidak ada satupun yang mampu memisahkan kita berdua dan kecanduan kita akan mie ayam.

Jangan pernah kamu bicara tentang cinta jika kamu masih membenci dirimu sendiri! 

Di sebuah sudut favorit kita berdua di sisi paling timur kota Jakarta kita berdua duduk berhadapan dan bicara tentang perpisahan abadi yang kita berdua sudah pernah lalui. Teman yang meninggal, orangtua yang meninggal, tetangga meninggal, saudara meninggal, satu orang ditemukan tak bernyawa tanpa identitas. Mulailah kita berhitung. Sudah satu lusin lebih teman-teman yang pergi duluan ke negeri orang-orang keren!

Mie ayam adalah saksi kita!

Semua sudah lunas dibayar dengan darah. Rasa sakit adalah seni. 

..."love your enemies and pray for those who persecute you,"

Bagaimana? Sudah tenang? Masihkah dirimu menangis seorang diri di kamarmu? Kegundahan dan keresahan merasuki pikiranmu. Dunia yang tadinya penuh warna berubah menjadi hitam tanpa putih. Gairah atas hidup sudah sangat memudar. Mari kita pulihkan semua duka dengan semangkuk panas mie ayam. Mie ayam adalah kunci kebahagiaan manusia. 

Mie ayam adalah saksi kita!

Selama hidup adalah matematika maka dunia akan baik-baik saja. Kita semua adalah raja berhitung! Segan rasanya diri ini untuk mengajakmu kembali menikmati manisnya derita dan pahitnya bahagia. 

Pada suatu malam yang sangat cerah di sebuah parkiran mobil kita bicara tentang kebohongan besar tercipta demi menjaga nama baik keluarga. Betapa banyak dari kita yang menganggap remeh dosa dan saking biasanya, kita semua merasa semua itu adalah biasa saja. Terkadang saya masih ingin mengulang hal-hal remeh yang terjadi dalam hidup.


I can't stand it to think my life is going so fast and I'm not really living it.

Isn't it pretty to think so?

It is awfully easy to be hard-boiled about everything in the daytime, but at night it is another thing.

Don't you ever get the feeling that all your life is going by and you're not taking advantage of it? Do you realize you've lived nearly half the time you have to live already?


Di dalam kegelapan kita melihat cahaya dan di dalam kebisingan lahirlah ketenangan. Jadilah gelap dan jadilah terang. Suatu hari nanti entah kapan dan entah di mana, saya yakin kita akan bertemu lagi ketika semua sudah dimaafkan dan langit malam sedang cerah penuh cahaya bulan. Kisah tentang jalanan lurus yang tak kunjung habis, parkiran mobil di malam hari, atap sebuah gedung tempat kita berpesta, dan juga trotoar jalan saksi bisu berbagai peristiwa kebudayaan terjadi akan tertulis secara rapi dan penuh makna. Entah kapan...entah di mana...tapi saya yakin kita semua akan kembali di titik awal perjalanan ini.


Dan ketika itu terjadi...saya harap semua akan baik-baik saja.


Mangkuk-mangkuk kosong mendengarkan cerita tentang kita yang larut dalam keriaan penuh kepalsuan. Malam mulai tenggelam, gelap mulai hilang, dan suara-suara kehidupan mulai muncul memenuhi telinga kita.

Sudah waktunya kita pulang ke peraduan.

Selamat tinggal, kawan! Nanti saya akan ketemu kamu lagi di rumahmu.