Showing posts with label poem. Show all posts
Showing posts with label poem. Show all posts
, , , ,

Tanpa Nama

October 31, 2017 Samuel Yudhistira
Lompat!

BYAAAAAR!

Kepalanya pecah menghantam aspal.
Jalanan yang tadinya sepi berubah ramai macam pasar malam.
Semua sibuk mengabadikan jasad yang beberapa menit lalu masih bernapas.

Ceklik! Ceklik!

Jemari menari di atas rana kamera.
Jemari menari di atas layar gawai.


Send! Send! Upload! Upload! Share! Share! Share! 

Dalam sekejab saja "sang jasad" sudah menjadi selebriti dunia maya.

Terkenal tapi tak bernapas.
Terkenal tapi tanpa nyawa.
Terkenal tapi tak berbentuk.
Terkenal tapi tak bernama.

, , , , , , ,

Aksi Tenang

July 13, 2017 Samuel Yudhistira
Kita tidak ada di sana.
Kau dan aku sudah menyatu dengan keabadian ketika dunia penuh sesak dengan kebodohan.
Suatu hari nanti mereka akan jenuh menjadi benar.
Suatu hari nanti mereka akan sadar bahwa hidup adalah tentang keliru.
Kita tidak ada di sana.
Kau dan aku sudah lama bernyanyi tentang betapa lucunya dunia ini.
Suatu hari nanti mereka akan menyesal tidak ikut tertawa dengan kita.
Suatu hari nanti mereka akan melihat ke langit dan berharap bisa ikut dengan kita.

Jangan dibuat sulit, kawan!
Sadarlah bahwa semua begitu mudah.
Dengan sedikit keberanian engkau bisa bergabung dengan kami di sini.
Ada tempat di mana engkau merasa buta dan tuli dalam sekejab.
Ada masa ketika engkau merasa begitu tua dalam dalam satu kedipan mata.

Kita tidak ada di sana.
Kau dan aku sudah bosan membuang waktu yang tidak habis-habis.
Suatu hari nanti mereka akan berdiri dan menangisi kebodohan mereka sendiri.
Suatu hari nanti mereka hanya bisa meratapi nasib karena tidak mau ikut jalan kita.

Mereka yang menangisi pusaramu adalah mereka yang menyesal masih hidup.
Mereka yang bicara tentang penghiburan sesungguhnya menangisi hidupnya.
Mereka yang bicara soal hidup sesungguhnya tersesat di hutan kebimbangan.
Mereka yang membunuh dirinya lewat kata-kata sesungguhnya hanya menipu diri.
Mereka yang mengutuk perbuatan kita hanyalah pengecut yang tak tahu apa-apa.

Kita tidak ada di sana.
Kita tidak ada di sana.
Kita abadi.
Kita tidak akan mati.

, , ,

Melawan Arah

March 21, 2017 Samuel Yudhistira




Hiduplah melawan arah!

Bicara tidak sulit
Hanya entah siapa yang mau dengar.
Bicara tidak sulit
Hanya saja tidak semua mau bergerak

Visual penuh kepalsuan
Kebohongan dalam bentuk digital
Jari bicara
Mulut bungkam
Pikiran berlari
Badan tetap di tempat








Walt Whitman: Song of the Open Road

March 29, 2011 Samuel Yudhistira
Sepenggal puisinya Walt Whitman, penyair asal Amerika, judulnya Song of the Open Road...

Camerado, I give you my hand!
I give you my love more precious than money.

I give you myself before preaching or law;
Will you give me yourself,
will you come travel with me?
Shall we stick by each other
as long as we live?

Now I see the secret of the making of the
best persons.
It is to grow in the open air
and to eat and to sleep with the earth.

Gw demen banget kata-kata di bagian ini. Anyway "Song of the Open Road" itu sendiri cukup panjang kalo menurut gw. Dan isinya tentang ungkapan perasaan seseorang yang begitu mendalam. Ditulis sama Walt Whitman (1819-1892), salah satu penyair legendaris asal Amerika Serikat yang identik dengan ideologi humanis abad 19. Diduga kuat juga adalah seorang homoseksual atau biseksual ditilik dari puisi-puisi yang dibuat, juga seorang abolisionis yang terang-terangan menentang perbudakan di Amerika era Perang Saudara (civil war).

Tapi gw suka sama gaya berpuisinya Walt Whitman yang apa adanya dan bermakna mendalam, hmm... terutama mungkin "Song of the Open Road", "America", sama "Beat!Beat!Drum!" gaya puisi moderen menjelang abad 20.

SUPERB!

Ibu

May 02, 2010 Samuel Yudhistira
Satu lagi nih karyanya Gibran yang bener" menyentuh banget buat gw....

Ibu

Kata paling indah yang terucap oleh bibir manusia adalah "Ibu", dan panggilan paling indah adalah "Ibuku". Kata yang penuh dengan harapan dan cinta, kata manis dan indah yang datang dari kedalaman lubuk hati. Ibu adalah segalanya - dia adalah penghibur kita dalam sedih, harapan kita dalam susah, dan sandaran kita tatkala lemah. Dia adalah sumber cinta, kebaikan, simpati, dan maaf. Dia yang kehilangan ibu akan kehilangan sebuah jiwa murni yang selalu menjaga dan memberkati.

Seluruh isi semesta bicara dalam bahasa ibu. Matahari adalah ibu bumi yang memberi makanan dari panasnya; dia tak akan meninggalkan bumi sampai malam menidurkannya dalam buaian ombak dan nyanyian burung-burung dan sungai-sungai. Dan bumi adalah ibu pohon-pohon dan bunga-bunga. Dia menumbuhkan, merawat, dan merapihkannya. Pohon-pohon dan bunga-bunga menjadi ibu bagi buah-buahan dan biji-bijiannya. Dan ibu, teladan segala eksistensi adalah jiwa abadi, penuh dengan cinta dan keindahan. Kata ibu tersembunyi di dalam hati, dan ia keluar dari bibir di saat-saat sedih atau bahagia bagaikan harum yang keluar dari lubuk bunga-bunga dan yang merebak, kala terang atau mendung, di udara

Anak-anakmu, by Kahlil Gibran

April 21, 2010 Samuel Yudhistira
Puisinya Gibran nih, salah satu favorit gw! Keren banget! Bener-bener sesuai dan terkesan mendukung semangat indie... hehehe, padahal selisih waktunya antara munculnya indie dan puisinya Gibran sekitar 70-80 tahun. Tapi udah ada pemikiran-pemikiran yang berhasil menerobos mainstream masa itu juga.


Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan
dirinya sendiri.
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka
bukan milikmu.

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang
tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba
menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula
berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu
menjadi anak-anak panah yang hidup
diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan
ia merenggangkanmu dengan kekuatannya
sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur
dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai
kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang
terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah
meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.