, ,

Post War Movies

November 23, 2023 Samuel Yudhistira




Sudah lama sekali tidak menulis tentang film. Beberapa hari belakangan gue diberikan rekomendasi film dari seorang kawan. Filmnya Christian Petzold, seorang sutradara handal dari Jerman yang juga menyutradai film Barbara sama Toter Mann, both are great films! Karena penasaran gue coba untuk lihat trailer-nya lalu baca sinopsisnya. Hmm...menarik. Mungkin ke depannya akan mencoba buat cari filmnya. Btw, ada beberapa streaming services kalau mau lihat film-film Eropa atau film-film indie secara legal. Mungkin dibahas nanti. Kembali ke topik! Setelah gue membaca sinopsis filmnya, latar belakang cerita, terus juga trailer dari filmnya, gue malah teringat beberapa film yang pernah gue tonton. Okeh, jadi tema utama film Phoenix adalah kehidupan "post-war" di Jerman setelah Perang Dunia Kedua selesai. Bagaimana mereka yang selamat dari kerasnya perang ternyata masih harus "berperang" kembali di kehidupan bermasyarakat. 

Menarik. Gue selalu membayangkan (semoga tidak mengalami) kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan banyak lainnya setelah melewati masa-masa kelam peperangan. Can you imagine? Life must be tough. For those who fought, death and destruction were very very common. Lalu tiba-tiba semua harus dibangun kembali dan menjadi manusia normal dalam society yang berbeda. Gak heran banyak yang depresi dan bingung ketika harus bergabung kembali dalam masyarakat.

Lalu gue teringat, kayaknya gue pernah nonton beberapa film dengan tema serupa atau mirip-miriplah kayak film Phoenix yang direkomendasikan teman gue ini. Berdasarkan ingatan gue yang gak bagus-bagus amat gue pengen coba berbagi beberapa film yang menurut gue lumayan oke dengan tema serupa. Because sometimes we glorify the madness of war and fail to understand what these men and women have gone through. 

Jujur, ini hanya berdasarkan ingatan gue. Kalau ada yang kelewat...ya mungkin emang gue belum nonton aja dan belum dapat akses buat nonton. Oh..This is not a review...I'm not an expert. I ain't passed the bar anyway. So, here they are:

Those Who Remained (Barnabás Tóth, Hungary, 2019)


Salah satu film yang diputar dalam event tahunan Europe on Screen, film ini kalau gak salah gue nonton di pagelaran tahun 2021. Film dari Hungaria yang menceritakan tentang dua orang yang selamat dari kamp konsentrasi dan menyadari kalau lingkungan mereka sudah tidak sama lagi karena nyaris semua orang yang mereka kenal sebelum perang sudah meninggal semua dan tinggal menyisakan mereka. Lumayan okelah, dapat sedikit gambaran tentang kondisi masyarakat di Hungaria pasca perang dan menjalani kehidupan di bawah pengaruh kuat Uni Soviet.



Frantz (François Ozon, France/Germany, 2016)


Okeh, this one...wew...unexpecting ending. Ini total remake sih emang karena memang film ini pada dasarnya adalah remake dari film Broken Lullaby (1932) yang disutradarai oleh Ernst Lubitsch yang juga adalah sebuah adaptasi dari karya teater Prancis dengan judul L'homme que j'ai tué karya Maurice Rostand. Gue nonton Broken Lullaby justru setelah gue nonton Frantz dan ternyata memang ada beberapa scene yang lumayan berbeda tapi malah jadi lebih okelah. Inti ceritanya adalah seorang mantan tentara Prancis yang datang ke Jerman setelah Perang Dunia I berakhir di mana kondisi politik Jerman pada kala itu setelah kalah perang cukup kacau dan sentimen anti Prancis sedang marak. Salah satu hal yang menurut gue lumayan keren adalah keputusan untuk membuat film ini ditayangkan tanpa warna (black & white) yang bikin berasa nonton film lama...yaah mayan okelaah mendengar dialog orang Prancis ngomong bahasa Jerman terus orang Jerman ngomong bahasa Prancis. hehehe...oiya versi aslinya juga gak kalah oke kok kalau mau ditonton.

Warning: Endingnya ngehe! hehe


The War (Jon Avnet, USA, 1994)


Gue masih ingat betul nonton film ini barengan bokap nyokap gue di rumah. Ini film yang lumayan menarik tentang seorang veteran perang yang mengalami banyak kegagalan akibat kondisi mentalnya yang gak stabil pasca bertugas di Vietnam. Banyak scene yang lumayan moving buat gue. Salah satu film yang membuat gue ingat sama bokap senantiasa (RIP to you, old man!) selain karena gue pertama kali nonton film ini sama beliau dan juga film ini banyak cerita tentang hubungan bapak dan anak laki-lakinya. Elijah Wood masih bocah banget di film ini...


Land of Mine/Under sandet (Martin Zandvliet, Denmark/Germany, 2015)


Based on true event. Yeah, salah satu cerita pahit setelah Perang Dunia II berakhir di mana para tawanan perang dipaksa untuk membersihkan ranjau di pesisir pantai Denmark. Most of the POWs were boys...dan faktanya memang banyak dari mereka yang akhirnya mortally wounded atau bahkan tewas ketika membersihkan ranjau. It's a great film...a depressed one..ketika perang sudah selesai tapi anak-anak muda ini masih harus bertanggung jawab atas sesuatu yang mungkin mereka juga gak paham.



Born on the Fourth of July (Oliver Stone, USA, 1989)


Again, Oliver Stone...sutradara yang bertanggung jawab memberikan kita banyak sekali film-film bagus. Salah satunya yaa film ini. Diadaptasi dari memoir yang ditulis oleh Ron Kovic, salah satu aktivis anti perang dari Amerika Serikat yang memang mengalami kelumpuhan ketika terluka di Perang Vietnam. Kita benar-benar dibawa dari optimisme anak muda sampe cynical orang yang sudah mengalami peperangan itu sendiri. A very moving film...sedih sih...Memoir dari Ron Kovic dengan judul yang sama juga bagus banget buat dibaca..Btw, Tom Cruise keren sih di film ini.





The Railway Man (Jonathan Teplitzky, UK/Australia/Switzerland/France)


Diadaptasi dari memoir yang cukup terkenal mengisahkan tentang tawanan perang di Pasifik yang dipaksa untuk membangun rel kereta untuk Jepang. Kisah Eric Lomax yang akhirnya mengkonfrontasi serdadu Jepang yang dulu menyiksa dia setelah tahu kalau serdadu Jepang tersebut masih hidup ini lumayan membuat emosi naik turun. Berbagai jenis bentuk penyiksaan dan kondisi para tawanan yang dipaksa membangun rel kereta membuat kita berpikir: Wew...that's what a human could do to another human. Colin Firth was absolutely great in this movie walau gue masih kebayang-bayang karakter dia di film "King's Speech" hehehe...



Great Freedom (Sebastian Meise, Austria, 2022)


Untuk konteks tambahan, film dokumenter "Paragraph 175" bisa lumayan menjelaskan kondisi orang-orang homosexual yang dikirim ke kamp konsentrasi di Jerman dan wilayah-wilayah yang ditaklukkan Jerman pada masa Perang Dunia II. Di film ini dijelaskan kondisi mereka yang masih dianggap melakukan pelanggaran hukum karena Paragraph 175 belum dihapuskan pasca Perang Dunia II sehingga semua hubungan sesama jenis dianggap sebagai perbuatan kriminal. Di film ini kita diajak untuk melihat sisi yang selama ini mungkin jarang dibicarakan atau susah untuk dilihat. Yeap, sisi mereka yang dikriminilasi karena orientasi seksual. Endingnya menarik buat gue. Menarik untuk dilihat karena Paragraph 175 yang resmi menjadi statuta hukum di tahun 1871 baru dihapus tahun 1994, sementara Jerman Timur (DDR) sudah menghapus undang-undang tersebut di tahun 1968.



The Reader (Stephen Daldry, Germany/USA, 2008)


Inspired by a real life person. Film ini lumayan menarik karena pada akhirnya ketika identitas asli dan masa lalu seseorang yang kita sayang terbongkar sudah pasti kita bakalan kaget. Bercerita tentang kondisi Jerman pasca Perang Dunia II di mana banya kolaborator dan mereka yang dahulu melakukan kejahatan di masa perang mengalami persidangan. Mungkin adegan persidangan baru muncul di pertengahan film tetapi di awal kita akan melihat hubungan antara tokoh utama dengan seorang wanita yang usianya terpaut sangat jauh dan mungkin berpikir: Hmm, kayak ada yang aneh sama orang ini. 

It's a great movie! Temanya mungkin gak berat-berat banget tapi lumayan menarik karena memberikan kita sudut pandang yang baru tentang kehidupan, pola pikir, dan bagaimana generasi baru Jerman pasca Perang Dunia II melihat kejahatan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya.



Au revoir là-haut (Albert Dupontel, France, 2017)


Merupakan adapatasi dari novel karya Pierre Lemaitre dengan judul yang sama. Gue direkomendasikan film ini oleh salah satu kawan dan ternyata lumayan menarik. Kisahnya tentang seorang prajurit Prancis yang terluka di era Perang Dunia I dan harus menjalani operasi yang membuat dia kehilangan sebagian besar wajahnya. Dengan ketidakmampuan dia untuk bicara dan harus menggunakan topeng untuk menutupi luka permanen di wajahnya si tokoh utama film ini pada akhirnya menjalin pertemanan dengan seorang gadis kecil dan salah satu orang yang menyelamatkan dirinya di kala pertempuran berlangsung. Profiteering pasca perang memang lumayan jarang dibahas dalam tulisan ataupun film dan di film ini lumayan banyak menyinggung tentang sebagian orang yang memanfaatkan kekacauan administrasi pas perang besar demi keuntungannya sendiri. A great movie!




Johnny Got His Gun (Dalton Trumbo, USA, 1971)




It's one of the best anti war films ever made! Di film ini banyak banget scene yang sangat memorable buat gue ketika pertama kali menyaksikkan film ini. Mungkin salah satu yang mendorong film ini naik ke pop culture ketika dipakai sama Metallica untuk video klip lagu mereka yang judulnya One. Kalau boleh jujur film ini lumayan "mengganggu" buat gue karena saking banyaknya scene yang haunting. Gue sampe kepikiran kalau kondisi gue sampe begitu gimana yee...Hadeh...Since it's an anti war movie jadinya memang banyak pesan mengenai betapa peperangan itu meaningless dan cuman membawa keuntungan bagi sebagian kecil orang. Salah satu quote film ini yang masih membuat gue bergidik ketika menyaksikan film ini kembali:

Inside me, I'm screaming and yelling and howling like a trapped animal... and nobody pays any attention. If I had arms, I could kill myself. If I had legs, I could run away. If I had a voice, I could talk and be some kind of company for myself. I could yell for help, but nobody would help me.




Un long dimanche de fiançailles (Jean-Pierre Jeunet, France/USA, 2004)


Film ini menjadi salah satu film favorit gue sepanjang masa. Gak tahu yah, coloring dan movement film-film Prancis pasca suksesnya film Amélie keknya mengubah trend dalam cerita, editting, dan warna di film. Gue merasa cerita di film ini sangat-sangat oke sekali. You have the humour, battle scenes, love, and desperation dalam satu film. Buat gue film ini fantastis! Again, kebayang betapa kacau balaunya administrasi sebuah negara setelah perang berakhir banyak diceritakan di film ini. And you know what, this movie taught me about love. Ketika orang-orang banyak yang skeptis, cynical, bahkan menjatuhkan, tapi kalau lo tetap percaya dan fight for it, who knows, mungkin aja ada jalan.

And again...the ending...



Ladri di biciclette (Vittorio De Sica, Italy, 1948)


Kalau bicara tentang Italian Neorealism mungkin film ini adalah salah satu film di garda terdepan. Diadaptasi dari novel karya Cesare Zavattini, film ini benar-benar membuat gue kagum dengan teknik pengambilan gambar dan ceritanya. Vittorio De Sica punya banyak banget film bagus terutama di era pergerakan Neorealism. Kalau gue ditanya film favorit gue sepanjang masa apa gue pasti dengan cepat akan menjawab: Ladri di biciclette...Film ini menceritakan tentang kondisi Italia pasca Perang Dunia II di mana pada era pas Perang Dunia II kondisi Italia secara politik dan ekonomi super duper berantakan. Di film ini ada banyak sekali scenes yang membuat gue terharu...how a dad is willing to fight for the sake of his family..aduh sedih deh pokoke...dan di akhir film...ahhh lihat sendiri! Kalau bicara soal film ini gue gak bisa berhenti karena banyak banget hal yang gue ambil dan layak didiskusikan.





***

Sebenarnya masih banyak banget sih film-film dengan tema post war yang pernah gue tonton dan mungkin akan gue tonton lagi. List di atas gue buat berdasarkan ingatan semata dan seru aja euy, dah lama gak bahas-bahas fim...hehehe... Beberapa film post war yang gue suka juga tapi gak gue breakdown di atas tuh kayak Werk ohne Autor (2018), Hiroshima Mon Amour (1959), Barbara (2008), Die Ehe der Maria Braun (1978), Germania anno zero (1948), dan Umberto D. (1952). Mungkin bakalan gue bahas selanjutnya setelah gue nonton Phoenix yah, hehe...at last...after the war...winners take nothing.