Little did they know...

January 07, 2024 Samuel Yudhistira

Budaya? Budaya yang mana? Yang gue tahu imbasnya di kebudayaan kita juga nyaris nihil. Kalaupun ada juga gak seberapa. Pada akhirnya semuanya itu diambil untuk kepentingan sendiri. Satu-satunya yang bertambah adalah achievement di LinkedIn.

Lo inget kan dulu ketika ada orang dari Korea tanya ke kita: Di Bekasi sudah ada listrik belum? Dari situ aja sudah ketahuan kalau sebegitu kecilnya pengetahuan tentang kondisi riil orang-orang di negara ini. 

Mereka itu cuma bounty hunter khusus validasi melalui jalan "prestasi." Pada akhirnya juga orang-orang yang lahir dari privilege yang punya akses ke sana. Akses itu privilege lho. Bahkan seperti yang kita pernah sepakati bersama, informasi juga privilege. Do you even need self validation? For what? Lo sudah sangat valid, my friend! 

Kasih ke gue list hal-hal yang lo anggap gak punya makna! Kita lihat satu-satu. Ujung-ujungnya juga lo tahu kalau sebenarnya lo sudah sangat jauh di atas semua itu. You keep being real! Susah lho..gak semua orang punya talenta dan energi sebesar itu.

IQ lo berapa? 130? Trus lo masih ngerasa goblok? Ohh..karena bukan pasukan elit ivy league college? Itu cuman label. Lagian lo udah kepinteran. Adil dikit lah! You don't need no education...Classes will numb your mind.

Pada akhirnya apa yang dilakukan oleh eksponen indie pop pada masanya adalah tentang kontrol diri. Lo gak bisa sejago itu? Yasudah. Bukan berarti itu batasan buat lo bikin karya kan? Karya lo gak kemana-mana? Lho..memang kenapa? Bukankah perlawanan kebudayan itu berawal dari lo menolak kemapanan? Kita gak punya tanggung jawab untuk meninggalkan warisan ke dunia ini. Buat apa? Ada 8 milyar manusia di dunia ini. Lo dan gue cuman...salah dua dari sekian banyak manusia di dunia ini. Capek pak kalau dituruti semua.

Pada akhirnya yang kamu lakukan adalah "mengganggu" pakem yang sudah ada dalam kesenian. Bukankah itu satu bentuk perlawanan? 

Pada akhirnya mereka berbicara tentang ketidakmerataan dan ketimpangan ketika masih "miskin" secara material dan ide. Jangan heran ketika mereka bersembunyi di balik tameng perlawanan untuk keuntungan dirinya sendiri. 

Dekonstruksi sastra! Itu dia! Kamu itu nulis bukan di komputer, mas! Tapi di mesin enigma. Cuma dirimu yang tahu makna sesungguhnya dan kamu lempar itu semua ke orang-orang yang baca supaya mereka bisa mengintepretasikan ide yang kamu tulis.

Holy shit! I love New Order!

Gak ada prentensi apapun!  Ini sebuah ekspresi yang paling murni! Gak semua orang punya kemampuan untuk mengartikan warna. Gak semua orang mampu untuk bermain dengan insting.

Bikin lagu cuman dua kunci dari awal sampai habis...gila lo!

Maksimalin apa yang ada! Ketika lo sound check trus lo liat ampli..monitor...mic..dan secara teknis gak sesuai nih dengan apa yang lo suka...apakah lo ngasal? Di situlah lo perlu pengetahuan teknis soal lapangan. Maksimalin! Pada akhirnya lo cuman pengen senang-senang toh?

Ini PUNK se PUNK PUNK nya PUNK!

Lo bisa berada di beberapa ekosistem yang berbeda bahkan bertolak belakang tapi lo mampu untuk beradaptasi di semua tempat. That is...an enviable reputation... 

Lo suka PIL yah? Gaya lo John Lydon banget..

Jangan kepinteran deh...pusing sendiri lo ntar.


PS: Jangan kira saya tidak ingat. :))