Pintu Besi Berwana Merah

July 01, 2024 Samuel Yudhistira


Kalau kamu pikir pintu besi berwarna merah itu akan membawamu ke tempat yang benar-benar kamu inginkan bersama dengan orang-orang yang memang sangat kamu sayangi maka pilihanmu sudah sangat tepat untuk mendorong pintu besi berwarna merah tersebut.

Wussh! 

Lihat! Wajah-wajah manis yang kau kenal sudah menunggu di meja.

"Lama banget sih lo!" 

"Wuidih! Ni dia nih yang ditunggu-tunggu."

"Bentar yee, gue pesen dulu."

Percakapan terus berjalan, energi tawa terus diumbar, dan suasana kian hangat ketika nada-nada kurang indah tapi menawan mulai dimainkan. Kamu mungkin tidak sadar kalau momen-momen ajaib tersebut akan menjadi bagian penting dari dirimu. Dimulailah pertukaran informasi kehidupan. Semua nampak hening menyimak ketika salah satu dari kalian memulai pembicaraan. Mulai dari kantor hingga roh gentayangan, sepak bola hingga kuasa, dan isu-isu aktual seputar kehidupan virtual yang sedang ramai dibahas. 

Semua berawal dari keresahan. Ya! Keresahan seorang manusia terhadap aturan, keresahan manusia tentang kuasa yang diberikan oleh manusia lain untuk bisa sangat mengganggu kestabilan warga bumi. Lagipula semua dibahas secara santai tanpa perlu perlakuan khusus. Bukankah sebaiknya semua hal yang rumit itu diselesaikan secara kekeluargaan?

Malam semakin terkikis oleh percakapan yang terjadi di antara mereka semua. Tiada satupun dari mereka hendak beranjak untuk kembali pulang. Semuanya masih sangat menginginkan percakapan terus berlanjut. Sampai kapan? Entahlah. Mungkin sampai salah satu di antara mereka memutuskan untuk pulang, sampai semua yang hadir kehabisan rokok, sampai pemilik tempat mengusir pulang, atau mungkin sampai matahari baru terbit kembali.

Tak banyak orang duduk hari ini. Kalaupun ada mereka semua sibuk menatap layarnya masing-masing. Setiap kali pintu merah terbuka semua mata langsung tertuju pada sosok yang baru saja membuka pintu tersebut untuk masuk atau keluar. Maklumlah, suaranya cukup kencang sehingga mampu menarik perhatian mereka yang ada di dalam. Sayup-sayup terdengar musik yang sangat familiar di telinga. Ingin rasanya kau memejamkan mata, mengangkat kedua tangan, dan bersenandung gila:


Oh, it feels like none of this is real
I pretend that my heart and my head are well
But if the blood pumping through my veins could freeze like a river in Toronto,
Then I'd be pleased
You said I made you feel warm, said I made you feel warm inside


How many nights of talking in hotel room can you take? Tenderly you tell me about the saddest book you ever read, it always makes you cry. Life outside the diamond is a wrench, isn't it? You know me, I always cry at endings. Whenever I reach the last page of the book I feel like I've been through someone's magnificent mind. It makes me like a part of the writers.

Sebagian pergi kanan, sebagian pergi kiri, dan tak ada satupun yang tinggal di tempat. Masing-masing pulang ke rumahnya dengan ide segar baru dan semangat yang kembali meninggi karena memang sewajarnya percakapan kita bertujuan untuk memberantas rasa gundah gulana. Make something pretty while you can! Kita semua sepakat untuk kembali menjadi bahagia selamanya sampai pada akhirnya kita tiba di dalam ruang kamar masing-masing dan semua rencana menguap begitu saja. Mungkin terpaan angin malam, debu, dan karbon monoksida di jalan membuat pikiran kita menjadi gamang kembali tentang kemampuan kita masing-masing. 

Karena suatu hari nanti dirimu akan terbang melayang di atas awan dan mendarat di sebuah negeri yang asing di mata dan telinga. Semua nampak baik-baik saja sampai dirimu tiba di satu titik dalam hidupmu di mana hanya ada kesunyian belaka.

"Kadang gue cuman pengen hidup tenang gak ada gangguan sama sekali. Kadang gue cuman pengen hidup di tempat terpencil sendirian gak ada orang lain. Bukankah kalau kita mati nanti juga kita bakalan sendiri? Kalau lo pikir hidup gue hancur lebur, tunggu sampai lo dengar dan lihat sendiri betapa hal-hal yang terjadi dalam hidup gue gak ada apa-apanya dibanding mereka,"

Mari kita tampilkan realita...segala kejenuhan dan juga kehancuran kita buat indah kembali.

Percakapan ditutup dengan doa akan segala kemakmuran dan kejayaan. Pintu besi berwarna merah kembali berdecit dan dalam sekejab ruangan menjadi kosong dan hampa. Suara-suara yang tadinya ramai mengisi ruang telah pergi ke arah utara.