Sekilas

September 11, 2024 Samuel Yudhistira

Saya berharap suatu hari nanti kamu akan bercerita kepada anak perempuanmu tentang seorang lelaki yang hanya lewat sekejap membuatmu sadar kalau hidup itu hanya sebentar dan jangan buang-buang waktu untuk hal tidak penting dan tidak pantas untuk dirimu.

GAK! Gaada isitilah indah-indah untuk menggambarkan perjalanan hidup saya dan mereka. Sebagian besar memori sudah hilang dari ingatan. Semua sudah dimaafkan karena kita pernah sama-sama gila. Tapi saya masih hidup! Kami menolak untuk mati hari ini. 

Saking gabutnya malah sempat buat nulis..hehe...

Beberapa hari silam saya berhasil mengembalikan beberapa negatif film yang saya pikir sudah hilang. Saya coba scan kembali dan menemukan begitu banyak kenangan dengan orang-orang yang pernah baik dan mesra kepada saya. Masing-masing gambar punya ceritanya sendiri. Sekilas saya serasa kembali ke masa-masa itu. Ketika seorang anak muda penuh rasa ingin tahu berani mencoba berbagai hal tanpa pikir konsekuensi. 


MATAHARIII!!

MATAHARIIIII!!

DENGEKEUN AING!

***

Kalau nangis jangan ngajak-ngajak! Sana nangis sendirian aja! 

Maka menangislah dirimu sendirian di sudut paling menyenangkan di kota Jakarta. Sejenak kota ini kembali menyenangkan. Sementara saja. Sementara saja kita nikmati lara dan gelisah ini. Sepertinya tubuh ini juga sudah terbiasa dihantam badai. Semua akan baik-baik saja.

Gelembung-gelelmbung darah timbul dari balik kulit yang terkoyak. Tak ada rasa sakit. Perlahan matamu mulai basah dan air mata mengalir deras tak bisa ditahan lagi. Merinding...kau gores kembali lubang di pergelangan tanganmu. Silet keadilan mencoba memutus urat nadi agar tenang hidupmu.

Nyawa itu harganya murah, pak! People die everyday. Apa istimewanya matimu? Apakah karena dirimu sendiri yang memutuskan untuk mati maka matimu istimewa? Mungkin di sudut lain di bumi ini ada orang-orang yang berpikiran sama dengan dirimu. Mereka yang mencoba untuk menyelesaikan derita di dalam setiap tarikan nafas. Setiap langkah penuh rasa sakit. Kamu yang sehat, pintar, muda, bahagia mengapa memilih mati?

Sudah berapa kali saya berkata bahwa "setan" dalam kepala ini sudah merenggut berbagai hal dalam hidup saya. Dulu dengan gagah beraninya saya melawan mereka. Uang, waktu, dan tenaga nampaknya masih banyak untuk membantu perlawanan. Saya frustrasi, lelah, dan khawatir kalau saya harus hidup selamanya dengan mereka yang tidak terlihat di dalam kepala saya.

        ***

Bosen gak sih lo bahas hal-hal yang sama berulang kali? Toh semua solusi yang ditawarkan juga lo tolak mentah-mentah tanpa mau mencoba terlebih dahulu. Mungkin ego lo terlalu tinggi! Merasa kepinteran sampai semua orang lo anggap goblog. Kenapa sih harus dapat sifat-sifat turunan yang negatif? Hhhh..Akan tiba masanya ketika semua teman-teman yang tadinya bersemangat mendengarkan cerita lo bosen denger cerita yang sama lagi. Gak sekali dua kali, kawan! Notulennya juga sudah menyerah untuk menuliskan intisari cerita...

Sudah sejak lama saya bisa mencium aroma "the end" dan beberapa hari ini semakin tajam baunya. Mungkin sebentar lagi saya sampai di garis akhir. Dunia akan bersorak-sorai ketika saya dieliminasi dari dunia ini. hehe...