Dimulai dari angka nol ya kak!

May 16, 2021 Samuel Yudhistira

Memulai kembali dari awal, dari dasar tempat para pecundang berkumpul mengadu nasib sampai kering semua tenaga. Kau mulai kembali memilah-milah mana yang penting dan mana yang sama sekali tidak berguna dalam hidupmu. Angka-angka berlarian di dalam rekeningmu...semakin hari semakin kecil jumlahnya. Berusaha tidak kau pikirkan semuanya dan kau mulai belajar kembali di usia yang sudah tidak lagi muda. 

Apa bakatmu? Apa yang kau suka? Apa kelebihanmu? Apa kekuranganmu? Di mana 
kesulitannya? Semua pertanyaan-pertanyaan dasar kembali muncul ke permukaan hingga kau dibuat seperti amatir yang baru memulai menerjang badai hidup padahal sudah 6 tahun kau bergelut dengan umpatan dan keluh kesah. 

Hai! 

Halo! 

Nice to meet you! 

-fin-

Pertama kali dalam sejarah hidupmu kau lupa bagaimana caranya memperpanjang sebuah percakapan. Hilang sudah segala teknik membual tentang betapa kau bahagia dan menyenangkan hidupmu agar tidak takut lawan bicaramu mendengar cerita hidupmu. 

Sekarang semua serba datar. Kau yang meminta secara khusus agar hidupmu tidak usah terlalu naik turun. Kau hapus semua target sembuh, menikah, dan kaya raya lalu kau ganti dengan tanda nihil...pertanda kau memasuki fase hidup segan mati tak mau. 

Persetan dengan menjadi "dewasa" dan segala tolak ukur masyarakat soal bagaimana menjadi dewasa! 

Persetan dengan segala tolak ukur masyarakat tentang kesuksesan! Kau bangun, kau tidur, kau bermain dengan teman-teman di kepalamu, lalu kau putar kembali lagu yang sama berulang kali seharian penuh. Kau anggap itu sebuah kesuksesan sekarang. Kau berhenti mendengarkan ucapan orang lain dan hanya bergantung kepada mereka yang ada di dalam kepalamu.

Persetan dengan menjadi bahagia! Karena hidup adalah untuk mati. Tak usah kau kejar harta karun di ujung pelangi dan berteriak kepada "dia" yang tak berwujud. 

Dirimu adalah untuk dirimu sendiri. Tidak ada satu orang pun berhak memaksakan ide dan logika mereka kepada dirimu. Kau punya hak penuh atas dirimu dan terimalah itu sebagai sebuah berkah. 

Hidup dan matimu di tanganmu bukan orang lain. Hiduplah untuk dirimu. Persetan dengan yang lain! 

Sekarang kita mulai kembali dari awal sambil menunggu ajal menjemput. Anggap saja kau mulai membunuh waktu dan dirimu agar semakin cepat kau dijemput ke dunia yang sempurna. Dunia yang selalu kau idam-idamkan. 

Ready? 

Set! 

Go!