,

Posers Go To Hell!

March 19, 2012 Samuel Yudhistira
Pernah denger isitilah satu ini?

Poser?? Apaan tuh??

Hmm... ga tau poser? Kalo alay pasti tahu.. :p

Alay?! Wah itu mah gw bangeett!

For goodness sake, sebaiknya anda segera bertobat, karena kalo gw jadi tuhan, semua posers bakalan gw kirim ke neraka. Jadi, berhubung gw bukan Yang Maha Kuasa, jadinya para posers dan kawan-kawannya masih bebas berkeliaran di dunia yang maha absurd ini.

Sebenernya posers dan alay itu gak beda jauh.

Keduanya adalah kumpulan orang-orang dengan pemahaman yang salah soal gaya hidup yang muncul dengan begitu cepat di era komunikasi ini. Karena informasi bisa didapat dengan begitu cepat, ada banyak orang yang nampaknya belum siap dengan kondisi seperti ini, sehingga melakukan "peniruan" seadanya tanpa tahu tujuan dari hal yang "ditiru".

Artinya:

Mereka adalah korban dari industrialisasi di era informatika, bung!

contoh paling mudah:

Ketika era gaya hidup "emo" menyeruak liar di kalangan anak muda di Indonesia, sehingga banyak anak muda yang meniru gaya hidup dan style ala "emo". Waktu itu kalo gak "emo" bisa dibilang gak keren dah (yah gw gak emo dulu, jadinya gw gak keren). Nah, ketika era "emo" meledak, pada saat bersamaan penggunaan internet sedang pada puncaknya juga, sehingga, banyak orang yang bisa mendapatkan "panduan instant" soal "emo" tanpa peduli akar idealisme-nya.

Akibatnya??


Muncul segerombolan anak muda yang ingin tampil mutakhir dan ingin mengikuti trend style yang sedang "in" di era tersebut. Tapi, mungkin mereka bingung bagaimana caranya mengetahui gaya apa yang sedang trendi pada masa itu. Solusinya?? Ada dua: televisi dan internet. Dan mulailah sekelompok orang yang hanya ingin tampil trendi ini melakukan imitasi gaya terhadap apa yang mereka lihat di televisi dan internet tanpa peduli makna dari gaya tersebut.

Imitasi gaya bebas, kalo gw bilang...

Sehingga timbul masalah baru: manusia bergaya "emo instant" yang tampil dengan gaya yang "emo" tapi tidak memperhatikan kode etik lainnya yang menunjukkan ke-"emo"-an, sehingga hal tersebut jelas membuat anak-anak yang "real emo" marah (cieelah marah ni yee :D) dan menganggap orang-orang "emo instant" tersebut sebagai poser.

Yeah contoh nyata yang gw lihat di televisi:

1. Sebuah band bergaya sedikit mirip Underoath yang membawakan lagu-lagu melayu.
2. Sebuah band melayu yang waktu manggung make T-shirt sebuah band punk legendaris asal Inggris, Sex Pistols.

cuma dua sih, berhubung gw juga jarang banget nonton televisi. tapi itu aja udah menunjukkan ketololan mereka sebagai posers.

Sebenarnya bukan cuma di Indonesia sih, dan juga bukan cuma sekarang-sekarang ini aja terjad peniruan gaya secara instant tanpa tahu maknanya. Ternyata dari dulu juga udah ada beberapa kejadian kya gitu.

Contoh:

1. Era Mod di Inggris tahun 60-an, ketika gaya ini lagi "in" banget, banyak anak-anak orang kaya di Inggris yang niru gaya ini tanpa tahu makna dan idealisme para Mod yang lain.

2. Masih di Inggris, ketika mode punk sedang naik daun akhir tahun 70-an, banyak orang yang meniru busana ala anak punk hanya untuk terlihat keren. Padahal bagi anak-anak punk, style mereka merupakan suatu "teriakan" anti terhadap kemapanan.

3. Eranya Heavy Metal dan Thrash naik daun akhir 80-an sampe tahun 90-an, banyak juga anak-anak muda di Indonesia yang menggunakan perkakas ala anak metal tanpa tahu maknanya, bahkan gak ngerti metal sama sekali (gak beda jauh sama sekarang, malah lebih parah sekarang kyanya).

4. Era Grunge juga gak beda jauh sama yang nomor 3

5. Dan di era informatika ini keadaan semakin gawat dengan munculnya istilah "alay" yang benar-benar mendiskreditkan orang-orang yang melakukan peniruan tidak pantas terhadap suatu gaya tertentu, walaupun akhir-akhir ini istilah alay mempunyai definisi yang meluas.

Yah kembali kepada diri kita masing-masing dalam menanggapi para posers dan alay yang semakin meluas di dunia ini.

Cheers!!