,

#5

July 26, 2018 Samuel Yudhistira
Mungkin ini adalah tulisan lanjutan dari post sebelumnya #4 di mana gue mencoba menjelaskan situasi dan kondisi gue sebagai penderita mental health issue.

Frequently Asked Questions mengenai depresi dan lain sebagainya adalah cara gue untuk menguraikan apa yang terjadi di kepala gue ketika gue sedang depresi. Kebanyakan mungkin temen-temen gue menanyakan hal-hal ini sampe kadang capek juga sih jawabnya hehehe....

1. Lo kalo lagi anxiety ato parno gitu biasanya gara-gara apa sih? Maksudnya momen yang men-trigger otak lo sampe lo jadi depresi.

Banyak sih sebenernya dan gak harus menunggu momen tertentu atau kondisi tertentu. Kadang pas lo bangun, pas lo gak bisa tidur di malam hari, lagi kerja, lagi jalan di mall, lagi nongkrong, lagi main game. Penyebabnya juga kadang gak nentu. Mostly, media social. Jujur aja medsos dengan segala kepalsuannya banyak menyebabkan orang terjerumus dalam depresi. Bahkan salah satu artikel di Time menyebutkan kalo Instagram adalah the worst social media for mental health (LINK). Mungkin ada baiknya juga orang-orang yang punya kecenderungan depresi dsb untuk "puasa medsos" karena yeah... people look fine and better on their social media feeds toh...

2. Yeah mungkin medsos emang rada beracun tapi kan lo harusnya tahu kalo orang-orang emang berusaha terlihat fancy di medsos... Emang gak bisa yah?

Cara setiap orang dalam mengolah informasi di dalam otaknya berbeda-beda. Orang dengan kecenderungan mental yang menyimpang kayak gue dan teman-teman lainnya mengolah informasi yang masuk ke otak lain daripada orang-orang lain. Mungkin buat elo gak masalah tapi buat gue kan belom tentu. Nah, hal-hal demikianlah yang kadang membuat orang-orang dengan masalah mental susah untuk menjelaskannya ke orang-orang awam.

3. Lo gak coba ke pendeta atau apa gitu?

Yeah, I've tried it once and it was great. Gue gak bilang kalo cara-cara spiritual dan rohani gak bakalan mempan di gue. Gak! Tapi begini, kita percaya bahwa setiap orang unik kan? Nah, keunikan masing-masing individu ini menyebabkan pola penyembuhan mental setiap orang berbeda-beda dan gak bisa disamakan. Penyakit ini bukan kayak flu atau diare yang metode penyembuhannya umum dan setiap orang bisa masuk dengan metode peyembuhan yang sama. It's totally different. Kalo ada yang sembuh dengan obat atau psikoterapi belum tentu yang lain cocok. Kalo ada yang bisa lebih baik dengan datang ke pemuka agama atau meningkatkan taraf rohaninya belum tentu yang lain cocok dengan metode macam itu. Semua orang berbeda dan semua orang unik.

4. Obatnya kayak gimana sih? Gue boleh bagi gak? Hehehe...

Obatnya kaya obat yang lain aja koq gaada bentuk yang aneh-aneh cuman ya kandungannya aja yang rada gawat. Hadeh my fren yang masih suka halu-halu dengan boti... Gue minum obat gara-gara sakit dan gue juga dah eneg sama obat masa elo yang sehat malah mau nyobain obat...

5. Kalo lagi kambuh perasaan lo gimana sih?

Wah campur aduk. Ada kecemasan berlebihan, ketakutan, sampe perasaan ingin bunuh diri. Biasanya gue melihat visual yang kaya scene film gitu walaupun itu sebenarnya khayalan gue tapi gue merasa kalo itu real. Suara-suara di kepala gue yang menjelek-jelekkan gue, rasa tidak berguna, trus perasaan seperti diikutin orang padahal gak ada apa-apa, panik, perasaan bersalah, mual, pengen muntah, pusing gak karuan. Semuanya itu terjadi biasanya secara bersamaan dan menyebabkan emosi gue super labil dan tindakan di luar nalar bisa gue lakukan (kayak tiba-tiba nangis, tereak, marah, self hurting).

6. Pengobatan yang lo lakukan sekarang ada progressnya gak sih? Menolong gak sih?

Progress ada tapi jujur gue masih labil. Menolong? Iyap, sangat menolong tapi ingat mental health ini obatnya bukan obat dari dokter tapi yang keinginan dalam diri si penderita untuk sembuh. Obat hanya membantu si penderita supaya tenang dan bisa fokus.

Nah, gue mau share sedikit soal obat-obatan yang gue konsumsi. Cara kerja obat-obatan ini kalo kata dokter gue ya emang lambat. Ada banyak banget macem obatnya dan dokter juga gak bisa nentuin obat mana yang cocok buat elo. Tahu cocoknya dari mana? Dari side effect si obatnya. Kalo badan lo mampu beradaptasi dengan efek samping si obat maka bisa dibilang lo cocok dengan obat itu sehingga obat itu mampu membantu lo melawan pikiran negatif lo. Kadang klo gak cocok badan lo bisa ambrol. Permasalahannya, cocok atau enggaknya obat itu baru ketahuan setelah sekitar 2 minggu pemakaian. Artinya? Ya kudu sabar fren. Sabar adalah kunci.

Hoiya, masa-masa paling rawan ketika mengkonsumsi obat adalah 2 minggu pertama. Ketika obat mulai bekerja untuk menstabilkan hormon-hormon di kepala, si penderita biasanya akan sangat terganggu dan sifat-sifat depresifnya meningkat drastis. Si penderita harus benar-benar mendapat dukungan dari lingkungannya ketika masa ini berlangsung.

7. Kira-kira nih tindakan prefentif apa yang bisa dilakukan oleh orang-orang supaya gak kena hal-hal kya depresi dan lainnya?

Waduh, pretty hard question... Gue sih menyarankan elo harus punya stress release dan support system di lingkungan lo. Penting sih, jangan sampe lo terjebak dalam lingkungan yang toxic dan justru menyebakan elo semakin jatuh ke dalam depresi. Keterbukaan dengan orang-orang terdekat mengenai masalah lo adalah salah satu cara untuk menangkal depresi. Keluarga, sahabat, teman-teman, pacar bisa lo jadikan sebagai support system dalam lingkungan lo. Kelola pikiran lo dengan hal-hal positif dan jangan menarik diri dari lingkungan. Stress release bisa lo dapatkan dalam berbagai bentuk dan cara yang menurut lo nyaman aja. Olahraga, musik, baca buku, aktivitas outdoor, jalan-jalan, ngelukis, terserah lo! Bebas! Selama lo nyaman dengan hal-hal tersebut. Be happy!


Guys, I'm not an expert. Gue cuma bisa berbagi tentang apa yang gue rasakan, lihat, dan alami sebagai penderita depresi tingkat menengah. There are many people who suffered from mental illness out there. They need help. Bisa jadi itu elo sendiri, orang-orang di sekitar kita, teman, saudara, sahabat, siapapun. Kalo kalian butuh bantuan atau pertolongan segera cerita atau temui ahlinya. Gausah sungkan atau malu. You're not alone.