Pada Suatu Hari Kita Semua Akan Kembali Menjadi Manusia Modern yang Menyebalkan

September 09, 2022 Samuel Yudhistira


Ketika nada-nada yang familiar di telinga terus nyaring terdengar, ketika itulah dua pasang mata saling berjumpa dan terjadilah sebuah kondisi yang sulit dijelaskan dengan teori tingkat tinggi manapun ketika dua manusia dari antah berantah saling lontar cerita. Hanya sedikit cerita dari dunia berbeda, hanya sedikit cerita yang sama dengan akhir yang berbeda. Tetapi alangkah baiknya jika kita menikmati malam berdua saja sampai padam semua lampu dan hilang semua tenaga. 

***

It's alright Ma, I'm only dying. Nobody dies tonight. Tak punya nama, tak punya makna. Harusnya ditumpuk bersama sampah lalu dibakar karena apalah artinya satu nyawa tak bernama dibandingkan dengan mereka yang punya semua untuk dibawa ke alam baka.

Untuk kalian semua yang diinjak-injak oleh kuasa: "BERHENTI PROTES! BERHENTI! BERHENTI! KITA SEMUA TIDAK BERGUNA! AYO KEMBALI KERJA, KERJA, DAN KERJA! KARENA DUNIA TIDAK ADIL DAN SALAHMU SENDIRI LAHIR MISKIN!"

***

*sebuah pesan instan masuk*

Kamar 106

*sebuah pesan instan keluar*

Ok!

Kami hanya menunaikan ibadah orang-orang modern. Semua ini adalah produk dari kebebasan, yang kami lakukan adalah meniru apa yang orang lain sudah lakukan dan mereka baik-baik saja. Tidak ada yang salah selama kami bahagia dan jauh dari pura-pura.

***

Keringat mengucur deras membasahi kaos hitammu. Matamu awas menyala, tajam menerka semua gerakan. Semua tampak menyebalkan dan tidak lagi estetis. Jantungmu terpacu luar biasa cepat. Mulailah kau meracau tentang betapa gilanya orang-orang di kota besar. Mulailah kau berkhotbah tentang bagaimana pendosa-pendosa berdasi lebih cepat diampuni dosanya karena bisa kasih persembahan lebih besar dibanding pendosa-pendosa berbaju compang-camping. 

Berjalan kau sempoyongan di lorong sebuah hotel murahan. Berusaha menyeret tubuh hinamu ke kamar yang kau sendiri lupa ada di mana. Ketika masuk mulailah kau menyembah toilet dan menyanyikan kidung keagungan. Bersandar kau di sudut kamar mandi dan menangis sendirian. Kau mulai sadar kalau tidak ada lagi yang bisa diperbuat untuk membuat hidupmu lebih baik. Secarik kertas keluar dari kantong belakangmu. Sumber malapetaka. Secarik kertas berisikan vonis tenggat waktu hidupmu.

Tak peduli lagi! Kau tarik seprei dari kasur dan mulailah kau berkarya dengan mengandalkan ingatan tentang pelajaran tali temali di masa Pramuka dulu. Matamu masih merah, bengkak, dan air mata segar masih tersisa di pipimu. Tertawa lalu kau berteriak, "PERGILAH AKU DAN HILANG MASALAHKU!"

Dalam waktu 6 menit tak ada lagi karbon dioksida keluar dari hidungmu.

***

Jangan pernah bicara tentang tragedi kalau kau sendiri jauh dari kemalangan dan ketidakpastian. Bicaralah pada mereka yang bingung di malam hari. Bingung apakah besok masih bisa makan atau harus kembali menunaikan puasa karena tak punya dana. Kalau kau masih belum puas mungkin kau bisa pergi menemui mereka yang membayar untuk bisa mendapatkan udara bersih. Oksigen pun harus bayar. Ketika kau sudah pergi menemui mereka semua maka seharusnya kau sudah menjadi sedikit lebih paham tentang betapa tidak beruntungnya orang-orang tersebut. Dari situlah kau bisa tertawa segar kembali, bukan? Karena derita orang-orang di luar sana kau gunakan sebagai media untuk kau bisa bersyukur tentang hidupmu yang baik-baik saja. Orang-orang di luar sana dibuat menderita agar orang sepertimu bisa bersyukur. Yeap! Itu sudah. Mereka dipermainkan dan dipertontonkan dengan bermacam bentuk narasi untuk membuatmu haru biru dan bersyukur. Hebat! Akhirnya untuk pertama kali dalam hidup aku merasa hidupku berguna.

***
Aku hebat! 
Aku luar biasa!
Aku berbakat!
Aku jenius!
Aku adalah yang paling bagus di antara semuanya!

Kau berteriak-teriak dari dalam sumur ketololan dan kekerdilan. Sementara mereka yang ada di luar sumur hanya bisa melihat ke bawah dan tertawa meihat dirimu dan tarian kemenanganmu yang benar-benar mengundang gelak tawa. Nikmati saja! Selagi kau dibutakan oleh pencapaian yang tidak seberapa itu kami mau menikmati Chateau Cheval Blanc sambil melihat siapa lagi yang bisa kami atur supaya jadi sama tololnya dengan dirimu. Menarilah di bawah sana! Sampai jumpa!

***