Surat Untuk Sesama Warga

January 12, 2025 Samuel Yudhistira

Kepada aht,

Rumahku dibesarkan dan menghabiskan masa remaja berdiri tepat 50 kilometer dari tempat di mana dirimu lahir dan dibesarkan. Menempuh perjalanan menuju kotamu merupakan perjalanan yang nyaris sulit untuk dilupakan. Betapa dahulu saya amat sangat tertekan dengan kehadiran cerita-cerita masa lalumu dan orang-orang yang lalu lalang dalam cerita hidupmu. Betapa mudahnya kamu jatuh dan bangun, betapa hubungan indah maha cantik hanyalah sebuah kegiatan non-formal bagi dirimu, dan betapa hidup bukanlah hidup selagi belum ada kaki yang terjejak di atas bumi. 

Jalan toll hari itu nampak cukup bersahabat kecuali beberapa truk logistik kejar setoran karena peraturan terkini pemerintah melarang mereka memasuki jalan toll menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Semua orang nampaknya sudah sampai di tujuan karena kondisi lalulintas termasuk sepi. Menuju ke kotamu di mana semua cerita berawal. Kota yang awalnya nampak begitu asing di mata dan hidung. Visual yang berbeda dan aroma yang berbeda membuat diriku awalnya tidak nyaman dengan situasi. Tetapi dirimu tetap dengan senyuman dan semangat yang berapi-api membuat saya kembali yakin kalau saya akan baik-baik saja. Saya senang setiap kali lampu jalan terpantul di wajahmu. Entah mengapa dirimu begitu cantik dan mempesona setiap kali warna-warna lampu jalan menerpa wajahmu. Visual yang selalu saya rindukan setiap kali kita berada di dalam sebuah perjalanan malam. Entah menuju kemana atau menuju ke rumah. 

Saya tidak tahu caranya mengungkapkan kekaguman dan ketertarikan saya pada dirimu. Betapa hidup sekali lagi memberikan kejutan yang begitu ajaib di tahun 2024 ini. Sebuah tahun yang begitu aneh buat saya. Diawali dengan saya yang mempelajari ilmu kesendirian dan kesunyian untuk menempa diri kalau memang saya harus menjalani seumur hidup saya sendirian tanpa siapapun. Berbagai literasi dan video yang mengajarkan cara hidup secara soliter saya lahap habis untuk mempersiapkan diri saya sendiri demi mengatasi kesendirian yang saya rasa akan menjadi sahabat terbaik saya sampai saya dipanggil kembali ke dunia orang-orang keren. Untuk kali ini saya kembali gagal. Kegagalan yang kerap kali datang dalam hidup saya kali ini membawa hadiah istimewa. Yeap! Dirimu. Saya gagal untuk meyakinkan diri saya kalau kesendiriaan, kesepian, dan kesunyian adalah sahabat karib. Saya beruntung. Kegagalan saya kali ini memberikan saya keyakinan baru bahwa hidup adalah tentang persintensi dan keberanian. Bahwa hidup terkadang ingin kita berjalan perlahan-lahan dan berhenti sejenak untuk mengambil langkah. Semesta adalah tentang mencerna candra dan pertanda yang kadang datang dengan bentuk yang sangat absurd dan abstrak. Tugas manusia hanyalah memberikan interpretasi terhadap bentuk-bentuk yang sudah diberikan oleh semesta. 

Kita dipertemukan ketika kita berdua sudah babak belur dihajar dunia. Saya selalu merasa bahwa saya adalah produk gagal yang berusaha mencari posisi tepat di pasar persaingan sempurna. Bukankah susah menjual produk gagal? Tetapi bukankah tetap banyak peminat yang hendak membeli produk gagal? Apakah sudah letih dirimu berjualan sampai akhirnya kau relakan harga turun demi meminimalisir kerugian?

“You're not a moron. You're only a case of arrested development.

Saya terkadang selalu membayangkan pertemuan awal dengan dirimu sebagai sebuah negosiasi dalam sebuah usaha untuk menemukan kesepakatan antara dua entitas besar. Tidak ada yang mau kalah dan masing-masing pihak berdiri di tempat, tidak mau bergerak, tidak punya kompromi. Sampai akhirnya terjadi berbagai serangan demi mendorong nilai paling luhur adalah nilai yang dimiliki oleh salah satu entitas dan nilai yang satunya adalah sampah belaka. Kita berdua merasa kalau kemenangan adalah ketika salah satu nilai dipakai dan nilai yang satunya masuk ke paper shredder. Pembanding, pengali, penilai, dan pembagi menjadi subjek vital yang terus-menerus hadir di dalam setiap percakapan kita. Kalau diingat kembali betapa keras isi percakapan kita dari awal kita dipertemukan. Mungkin memang kita sengaja diadu sebelum bisa padu. Karena memang dalam menjalani sebuah proses perubahan, lara dan derita kerap datang membawa janji-janji kalau semua akan baik-baik saja. Pada akhirnya kita belajar kalau tidak baik-baik saja adalah sebuah bentuk pertahanan diri yang paling baik di mana kita selalau didorong untuk beradaptasi dan membaca semua pertanda hidup yang turun dari langit.

Belajar, belajar, dan terus belajar. Apakah kita lama-lama akan bosan akan pembelajaran hidup yang tidak pernah selesai? Sepertinya tidak. Entah sudah berapa banyak kata yang harus saya tulis di dalam sebuah surat pendek ini tentang betapa hidup saya berubah setelah pertemuan-pertemuan ajaib dengan dirimu. 

Terkadang saya merasa kalau dunia ini begitu adil dan tidak adil dalam waktu yang bersamaan. Kalau kamu ingat beberapa kali saya merasa kalau saya merasa bingung harus merasa sedih atau senang ketika saya menjalani hidup. Tapi itulah hidup, tidak pernah ada rumusan yang jelas dan tidak pernah ada yang tahu mana yang benar dan mana yang salah. Masing-masing punya “pegangan” mengenai cara menjalaninya. Bukankah pada akhirnya pertanyaan yang paling penting dalam hidup ini harus ditujukan untuk dua insan yang menjalaninya? Pertanyaan besar tersebut adalah:

“Are you happy?”

Di dalam menjalani setiap perkara saya selalu kembali pada pertanyaan dasar ini dan saya selalu saja menemukan alasan yang tepat untuk mendapatkan jawaban “YES” untuk pertanyaan tersebut. Tanpa paksaan ataupun asal menjawab tetapi memang selalu ada momentum yang membuat saya yakin dengan jawaban tersebut. 

Apartemen kecilmu mungkin sudah menjadi saksi banyak sekali peristiwa senang, sedih, gundah, galau, senyum, tertawa, dan lainnya. Entah sudah berapa jiwa yang disaksikan oleh tembok-tembok yang berdiri kokoh di sana semenjak mereka mulai beroperasi. Dan pada akhirnya mereka kembali menjadi saksi betapa dalam setiap keraguan selalu muncul jalan keluar. Bagaimana dua insan membawa kompromi ke atas meja perundingan dan berjanji untuk saling setia dalam setiap perkara. Betapa ringan kata ‘sayang’ bisa keluar tetapi betapa sulit kata tersebut diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Meja riasmu menjadi saksi berbinarnya kedua matamu ketika saya menyatakan bahwa saya ingin menjadi bagian penting di dalam hidupmu. Mata yang berbicara dalam bahasa aneh bin ajaib ketika saya pertama bertemu dengan mereka, dua mata yang berbinar dan mengeluarkan sinar gamma terang benderang.

Letters are work of arts. They can be a great propaganda tools, mood boosters, morale boosts, and also demotivating tools. Mereka adalah aksara yang berperan banyak dan penting dalam peradaban manusia. Sebagian orang yang percaya bahwa hidup adalah permainan dan panggung sandiwara mungkin akan mengamininya dengan caaranya tersendiri. Sama seperti yang pernah saya ungkapkan kepada dirimu bahwa saya selalu percaya bahwa surat-surat ditulis bukan hanya untuk pelepas rasa rindu tetapi juga sebuah bentuk kemajuan sebuah peradaban. Kita melihat perubahan dunia dari sisi paling personal.

Saya yakin surat ini juga sulit untuk dimengerti mengingat betapa saya selalu menggunakan kata-kata aneh dan beragam bentuk dekonstruksi dalam setiap kalimat tetapi percayalah bahwa semua ungkapan yang tertera di dalamnya mengandung banyak sekali makna.

Kamu masih percaya pada kebetulan? Entah mengapa pertemuan kita berdua sudah berhasil mematahkan teori kebetulan dan membuat saya semakin tidak percaya pada kata “kebetulan” karena entah mengapa semua sudah dibuat begitu tertata oleh semesta. Semakin saya jatuh cinta kepadamu, semakin saya lupa kalau kata kebetulan itu masih bertengger manis di dalam kamus. Mari kita anggap pertemuan kita sebagai hasil dari Hukum Newton ke 3. His third law states that for every action (force) in nature there is an equal and opposite reaction. Yah, mungkin fisika lebih tepat guna untuk menggambarkan kita berdua. Dua makhluk/objek yang saling memberikan aksi cinta dan menemukan reaksi cinta. Newton berbicara soal hidup melalui angka. 

Saya ingin menutup surat ini dengan sebuah ucapan terima kasih yang mungkin kerap luput dari saya ketika kita bertemu. Saya ingin mengucapkan terima kasih sudah mau hadir di dalam hidup saya. Terima kasih sudah menggeser foto saya ke kanan layar dan memberikan kesempatan kepada saya untuk berbincang kepadamu via internet. Terima kasih sudah menjadi rekan hidup yang percaya dan tetap yakin kepada saya walau saya sedang dalam posisi yang sama sekali tidak menguntungkan. Terima kasih atas semua kerja keras dan perbicangan berat atau ringan di balkon apartemenmu. Terima kasih sudah memberikan kasih sayang yang begitu luas kepada saya dan memberikan ruang ekspresi buat saya. Terima kasih.

Saya rasa semua sudah lebih dari cukup. Surat ini saya buat sebagai bentuk ekspresi saya terhadap apa yang sudah terjadi di dalam hidup saya. Saya bangga menjadi bagian penting di dalam hidupmu yang penuh warna.

This is just the beginning. We’ll have tons of absolute fun in life later. So, this is it! Shall we for another round?


I love you,


Mas Baby.