Kamu melihat dia berjalan begitu anggun, cantik, dan mempesona. Matamu berusaha lari tapi daya tarik dan pesonanya mengaburkan niatmu untuk melarikan diri dari pemandangan indah tersebut. Gaun putih, rambut terurai, dengan sepuhan make up di wajahnya membuatnya seperti segumpal awan yang sengaja turun ke bumi. She's so beautiful.
Bukankah seharusnya kamu berada di dunia yang kamu mau? Dunia mimpi kan? Dunia di mana kau bisa menjadi apapun yang kau mau. Dunia di mana kau menjadi pahlawan atas semua yang terjadi di alam semesta dan dunia yang begitu indah sampai kau menangis ketika kau bangun dan sadar semuanya tidak pernah dan tidak pernah terjadi dalam hidupmu.
Manusia tak berwajah, tak bernama, dan hanya bersuara. Hanya suara yang tersisa dan membekas di dalam kenanganmu. Itu cukup. Cukup membuatmu merasa kalau ada orang entah di mana peduli dengan kehadiranmu di dunia ini.
Lalu tiba-tiba datanglah awan hitam di tengah kenikmatan visualmu, berjalan angkuh penuh percaya diri lalu menggenggam erat jemari sang wanita dan terucaplah janji sumpah setia sampai maut memisahkan. Hancur sudah duniamu! Beribu bahasa dikuasai, berjuta koin emas dimiliki, dengan bentuk fisik yang lebih sempurna daripadamu, dan tentu saja dia layak dicintai lebih daripadamu. Mungkin saja beliau lahir ketika bulan dan matahari bersepakat untuk memberikan secercah cahayanya kepada laki-laki ini. Beruntungnya dia.
Sementara kau sibuk mengatur ulang papan tanda "DISKON 85%++" di dalam hidupmu agar ada yang tertarik membeli cintamu. Nobody wants it, nobody needs it. Harusnya kamu sadar bahwa selama beberapa bulan kau melatih dirimu untuk hidup sendiri. Seharusnya kau sadar bahwa selama itu pula kau mempersiapkan ragamu untuk menjadi persembahan yang berguna bagi masyarakat Indonesia. Raga tanpa jiwa mungkin lebih punya guna dibanding dengan apa yang sudah kau lakukan sekarang.
Kau bangun dengan perasaan yang aneh sekali. Rasanya letih sekali, rasanya ingin sekali kau menembak kepalamu hingga tembokmu penuh dengan darah dan serpihan otak yang tidak seberapa itu. Berjalan kau ke bawah, buat kopi, hisap tembakau, berharap kau disambar petir hingga mati terpanggang. Tapi pagi begitu cerah dan berharga, tak ingin kau rusak dengan kegilaaan.
Mulai kau buka lapakmu di atas trotoar, berteriak-teriak berharap ada yang lihat. Kau dan ribuan orang bernasib sama mulai kehilangan akal demi sentuhan tanpa makna. Teriak-teriak cari perhatian. Untuk sementara hal inilah yang terbaik, tersedia, dan murah meriah.
Sudah lelah dirimu dikoyak-koyak rasa sepi dan perhatian kontemporer hasil dari kemajuan teknologi komunikasi. Sudahlah, sebaiknya kau diam saja di kamar. Kencing dan berak di sudut...sampai mereka datang kembali ke dalam kepalamu untuk mengajakmu kembali ke dunia yang kau inginkan. Dunia di mana tidak ada air mata, ketakutan, dan rasa sakit. Dunia utopis maha sempurna. Ahh...bawa aku ke sana, kawan-kawanmu yang manis! Bawa aku!
Darah keluar dari hidungmu lalu sial kembali engkau ketika kau bangun dan dokter tersenyum kepadamu dan berkata bahwa dia adalah pahlawan yang membuat kau hidup.
BANGSAT!!!!!!